Tak pernah
terpikir bahwa akhirnya saya memutuskan mengambil jurusan guru. Mulanya memang
ada keraguan dan ketidak yakinan dalam diriku, lambat laun secara pasti hatiku
tertambat pada profesi ini. Bukan lagi karena tidak ada pilihan lain, tapi
inilah pelihanku. Tidak ada lagi keraguan, seperti ketika awal aku menginjakkan
kaki ke kota parepare mengambil jurusan akta 4 di universitas muhammadiyah
parepare. Di kampus inilah, diriku menyadari betapa profesi guru adalah profesi
yang tidak dapat dijadikan sampingan, apalagi setengah hati untuk memilihnya.
Ketika baru
menyelesaikan kuliah di perguruan tinggi Unhalu, seorang teman mengajakku
mengajar di sekolah negeri yang baru didirikan dengan bantuan dari unesco.
Karena pertimbangan mencari kesibukan, akhirnya kuterima juga tawaran tersebut
walaupun saat itu saya belum memiliki ijasah mengajar. Jarak antara SMP 6
Lainea dengan rumahku sekitar 20 km, jarak yang lumayan jauh kutempuh dengan di
temani unicorn kesayanganku sekitar 30 menit dengan kecepatan rata-rata 70
km/jam. Mengajar dengan siswa sekitar 35 orang, dengan beragam karakter dan
lakon anak desa, membuatku sering tersenyum simpul. Kebahagiaan, tawa, candaan
mereka seolah menghipnotisku melupakan sejenak lara hatiku. 3 bulan mengajar disana,
anak-anak itu telah memberikan warna tersendiri dalam kehidupanku. Ketika akan
berpisah karena pekerjaan baru telah menantiku berulang kali mereka membujuk
dan menyalim tangan ku berharap itu dapat merubah keputusanku. Anak-anak manis
dengan berjuta kejutan telah menjadi satu alasan kumemilih jalan ini, menjadi
guru.
Guru adalah
profesi mulia, profesi yang menuntut pengorbanan waktu, tenaga, bahkan pikiran.
Ketika seorang dokter salah dalam memberikan tindakan medis maka yang terjadi
adalah mal praktek, bisa membunuh satu jiwa. Tapi ketika guru salah mendidik,
maka yang terjadi adalah kita akan kehilangan satu generasi. Begitu pentingnya
tugas yang diemban seorang guru, mendidik anak manusia menjadi manusia
sesungguhnya. Guru bukan lagi profesi yang dipandang sebelah mata dalam sosial
kemasyarakatan. Bukan lagi profesi pilihan terakhir atau karena keterpaksaan. Teringat
cerita guruku dulu waktu di smu, bahwa ketika amerika dan sekutunya membom
Nagasaki dan hirosima yang mengakibatkan
kelumpuhan Negara jepang, ketika sang kaisar mengumpulkan semua para menterinya
yang terlebih dahulu ditanyakan berapakah guru yang selamat,maka dalam waktu 10
tahun jepang kembali membangun kekuatanya dan sekarang telah menjadi negara
maju di dunia. apa yang menyebabkan jepang begitu cepat mengalami kemajuan,
karena mereka menghargai profesi guru. Jika kita ingin menjadi bangsa yang
besar maka hargailah guru.
Saat ini, dengan terus bergulirnya
zaman maka tuntutan profesi keguruan pun semakin meningkat. Dengan rutinitas dan
tugas guru yang “berat” maka guru sebagai profesi (pekerjaan), harus senantiasa
dilakoni atas dasar dan niat mengabdi kepada Allah Swt. Jika hal tersebut
benar-benar tumbuh dari kesadaran dan panggilan jiwa seorang guru, alangkah
mulianya Ia. Meskipun jasad terkubur di dalam perut bumi, namun pahala dari
ilmu yang mereka ajarkan kepada murid-muridnya tidak akan pernah berhenti
mengalir. Maka niatkanlah setiap pekerjaan (profesi) sebagai panggilan jiwa dan
pengabdian kita kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas
untuk mendidik anak bangsa, generasi harapan bangsa maka pekerjaan sebagai guru
akan menjadi indah, menyenangkan, penuh dedikasi dan cinta. Meski
didepan, belakang, samping kanan dan kiri jurang terjal, jalan berduri, imajinasi
dunia menjadi perontok semangat, dan peluntur keikhlasan perjuangan. Sebagai
seorang yang baru masuk dalam dunia guru dengan satu kebulatan tekad diriku
berazzam, semantap lelaki yang berijab qabul, sebulat tekad….. dan selantang
teriakan sukarno membakar nasionalisme pemuda Indonesia, akan kulakoni
pekerjaan ini dengan tulus dan penuh cinta seperti kata seorang teman lakonilah
setiap pekerjaan dengan sepenuh hati, seperti bethoven menciptakan lagu,
seperti Thomas alfa Edison bereksperimen tanpa henti, seperti Michael angelo
memainkan music, seperti seorang ibu tua yang
menjadi penyapu masjid madinah, terus dan tiada henti hingga Tuhan dan
seluruh penduduk bumi menjadi saksi atas ketulusan mereka.
My Small
Palace
1 maret
2012
pkl. 17.00 wit
sesuatu yang kusadari pula yah sesuatu yang sulit ternyata. but why not, orang lain sj bisa mengapa kt tdk.
BalasHapusso... semangat, saling mendoakan semoga kita bisa menjadi seorang pendidik yang sebenarnya. aamiiin...