Sabtu, 03 Maret 2012

Inilah pilihanku…..



Tak pernah terpikir bahwa akhirnya saya memutuskan mengambil jurusan guru. Mulanya memang ada keraguan dan ketidak yakinan dalam diriku, lambat laun secara pasti hatiku tertambat pada profesi ini. Bukan lagi karena tidak ada pilihan lain, tapi inilah pelihanku. Tidak ada lagi keraguan, seperti ketika awal aku menginjakkan kaki ke kota parepare mengambil jurusan akta 4 di universitas muhammadiyah parepare. Di kampus inilah, diriku menyadari betapa profesi guru adalah profesi yang tidak dapat dijadikan sampingan, apalagi setengah hati untuk memilihnya.
Ketika baru menyelesaikan kuliah di perguruan tinggi Unhalu, seorang teman mengajakku mengajar di sekolah negeri yang baru didirikan dengan bantuan dari unesco. Karena pertimbangan mencari kesibukan, akhirnya kuterima juga tawaran tersebut walaupun saat itu saya belum memiliki ijasah mengajar. Jarak antara SMP 6 Lainea dengan rumahku sekitar 20 km, jarak yang lumayan jauh kutempuh dengan di temani unicorn kesayanganku sekitar 30 menit dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam. Mengajar dengan siswa sekitar 35 orang, dengan beragam karakter dan lakon anak desa, membuatku sering tersenyum simpul. Kebahagiaan, tawa, candaan mereka seolah menghipnotisku melupakan sejenak lara hatiku. 3 bulan mengajar disana, anak-anak itu telah memberikan warna tersendiri dalam kehidupanku. Ketika akan berpisah karena pekerjaan baru telah menantiku berulang kali mereka membujuk dan menyalim tangan ku berharap itu dapat merubah keputusanku. Anak-anak manis dengan berjuta kejutan telah menjadi satu alasan kumemilih jalan ini, menjadi guru. 
Guru adalah profesi mulia, profesi yang menuntut pengorbanan waktu, tenaga, bahkan pikiran. Ketika seorang dokter salah dalam memberikan tindakan medis maka yang terjadi adalah mal praktek, bisa membunuh satu jiwa. Tapi ketika guru salah mendidik, maka yang terjadi adalah kita akan kehilangan satu generasi. Begitu pentingnya tugas yang diemban seorang guru, mendidik anak manusia menjadi manusia sesungguhnya. Guru bukan lagi profesi yang dipandang sebelah mata dalam sosial kemasyarakatan. Bukan lagi profesi pilihan terakhir atau karena keterpaksaan. Teringat cerita guruku dulu waktu di smu, bahwa ketika amerika dan sekutunya membom Nagasaki dan  hirosima yang mengakibatkan kelumpuhan Negara jepang, ketika sang kaisar mengumpulkan semua para menterinya yang terlebih dahulu ditanyakan berapakah guru yang selamat,maka dalam waktu 10 tahun jepang kembali membangun kekuatanya dan sekarang telah menjadi negara maju di dunia. apa yang menyebabkan jepang begitu cepat mengalami kemajuan, karena mereka menghargai profesi guru. Jika kita ingin menjadi bangsa yang besar maka hargailah guru.
            Saat ini, dengan terus bergulirnya zaman maka tuntutan profesi keguruan pun semakin meningkat. Dengan rutinitas dan tugas guru yang “berat” maka guru sebagai profesi (pekerjaan), harus senantiasa dilakoni atas dasar dan niat mengabdi kepada Allah Swt.  Jika hal tersebut benar-benar tumbuh dari kesadaran dan panggilan jiwa seorang guru, alangkah mulianya Ia. Meskipun jasad terkubur di dalam perut bumi, namun pahala dari ilmu yang mereka ajarkan kepada murid-muridnya tidak akan pernah berhenti mengalir. Maka niatkanlah setiap pekerjaan (profesi) sebagai panggilan jiwa dan pengabdian kita kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk mendidik anak bangsa, generasi harapan bangsa maka pekerjaan sebagai guru akan menjadi indah, menyenangkan,  penuh dedikasi dan cinta. Meski didepan, belakang, samping kanan dan kiri jurang terjal, jalan berduri, imajinasi dunia menjadi perontok semangat, dan peluntur keikhlasan perjuangan. Sebagai seorang yang baru masuk dalam dunia guru dengan satu kebulatan tekad diriku berazzam, semantap lelaki yang berijab qabul, sebulat tekad….. dan selantang teriakan sukarno membakar nasionalisme pemuda Indonesia, akan kulakoni pekerjaan ini dengan tulus dan penuh cinta seperti kata seorang teman lakonilah setiap pekerjaan dengan sepenuh hati, seperti bethoven menciptakan lagu, seperti Thomas alfa Edison bereksperimen tanpa henti, seperti Michael angelo memainkan music, seperti seorang ibu tua yang  menjadi penyapu masjid madinah, terus dan tiada henti hingga Tuhan dan seluruh penduduk bumi menjadi saksi atas ketulusan mereka.                 

My Small Palace
1 maret 2012
pkl.     17.00 wit

1 komentar:

  1. sesuatu yang kusadari pula yah sesuatu yang sulit ternyata. but why not, orang lain sj bisa mengapa kt tdk.
    so... semangat, saling mendoakan semoga kita bisa menjadi seorang pendidik yang sebenarnya. aamiiin...

    BalasHapus